Warga NU diminta mewaspadai gerakan Islam radikal yang merayap melalui masjid dan musholla. Gerakan Islam yang mengembangkan faham Wahabi ini biasanya dilakukan dengan menggelar pengajian dengan sasaran remaja masjid.
“Kegiatan mereka berupa pengajian untuk remaja- remaja masjid, bahkan dalam kegiatan pengajian itu juga mengundang pelajar yang aktif di sekolah SMA Negeri,” ujar H Mahmud Ketua MWC NU Tembelang dalam pengajian Lailitul Ijtima yang digelar di Desa Kepuhdoko Tembelang Jombang, Ahad (6/6) malam.
Mahmud menceritakan dalam pengajian itu, lanjutnya, para remaja masjid dan pelajar disuguhi dengan pemutaran film yang menerangkan persoalan remaja di zaman sekarang.” Yang ngaji itu sepertinya adalah filmnya, bukan seperti di NU yang ngaji adalah kiai dari jajaran syuriyah seperti ini,” imbuhnya seraya mengatakan takmir masjid NU sering kecolongan dengan kegiatan semacam ini.
Karenanya, pihaknya kemudian mengambil keputusan untuk menghentikan kegiatan pengajian yang digelar sekelompok orang di masjid An Nur yang berada di Desa Jatiwates Tembelang Jombang tersebut. Apalagi dalam pengajian itu diduga menjadi ajang “cuci otak” kelompok yang belakang diketahui adalah HTI tersebut.
“Karena tidak pernah izin ke desa dan telah meresahkan warga kita hentikan kegiatan pengajian tersebut,” tandas Mahmud yang juga kepala Desa Jatiwates ini menceritakan.
Seperti diketahui, beberapa waktu lalu, tiga masjid di kabupaten Jombang diduga menjadi ajang “Cuci Otak’ kelompok-kelompok tertentu dengan modus pengajian. Ketiga masjid itu adalah masjid Babul Janah Desa Sengon Kecamatan Jombang Kota, masjid Darul Muttaqin Desa Kertorejo Kecamatan Ngoro, dan masjid An Nur Dusun Suko, Desa Jatiwates, Kecamatan Tembelang.
Sementara itu, Kegiatan Lailatul Ijtima Majelis Wakil Cabang NU Tembelang Jombang rutin dilakukan secara bergilir ke ranting-ranting NU setiap bulan sekali. Dalam kegiatan itu diisi dengan sholat hajat, sholat tasbih dan istighosah. Kemudian dilanjutkan dengan ngaji fiqh keseharian yang dipandu oleh jajaran syuriah, KH Abrozaq Husni. Jamaah melakukan dialog bisa tanya jawab persoalan zakat, waris dan amaliah keseharian.
”Ini untuk menjawab persoalan jamaah dalam menjalankan kehidupan sehari-hari,” pungkasnya. (sumber: http://jombang.nu.or.id)