Social Icons

youtube youtubefacebookgoogle plusDensus 99rss feedemail

Monday, December 02, 2013

Assad: Perang Suriah Berakhir Jika Saudi Stop Bantuan Teroris Takfiri


Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan, selama Arab Saudi terus mengirim senjata dan uang untuk Takfiri ekstrimis, perang di Suriah tak akan pernah berakhir, al-Alam melaporkan, Sabtu (30/11/13).

Menurut sumber rahasia, Bashar Assad bertemu dengan beberapa pemimpin politik dari negara-negara Arab di kawasan 10 hari lalu. Mereka membahas kondisi di Suriah serta cara mengakhiri krisis mematikan yang sedang mendera negara itu.

Dalam pertemuan itu, Assad mengatakan bahwa pemerintahan dan negaranya menghadapi teroris yang berasal dari berbagai negara dan perang besar-besaran yang didukung oleh pihak asing.

"Sejak awal kami tahu bahwa perang ini adalah perang melawan pemerintahan yang independen. Dan pemerintahan independen ini adalah faktor utama yang mendukung perlawanan dan kemenangan kami," kata Assad.

Assad menghargai negara-negara yang bersekutu dengan mereka dalam perang melawan terorisme, terutama pemerintah Rusia. Menurut Assad, dukungan Rusia terhadap Suriah bukan hanya untuk kepentingan Damaskus tapi juga untuk melindungi kepentingan Rusia.

Masih menurut Assad, dukungan asing untuk para militan harus berhenti jika berbagai pihak menginginkan agar perang di Suriah berakhir.

"Arab Saudi dan negara-negara lain sangat mendukung terorisme dan telah mengerahkan puluhan ribu Takfiri ke Suriah. Arab Saudi bahkan menggaji 2.000 dolar per bulan untuk setiap militan," kata Presiden Suriah itu.

Assad melanjutkan bahwa penghentian dukungan Arab Saudi akan mempengaruhi berbagai aspek. Dan saat ini, semua orang tahu bahwa al-Qaeda bukan hanya ancaman bagi Suriah.

Menurut Assad, Arab Saudi telah memimpin operasi vandalisme paling luas di seluruh dunia Arab.

Dalam pertemuan itu, Assad juga mengecam peran Arab Saudi dalam Perjanjian Camp David yang menormalisasi hubungan Israel dengan Mesir. Juga dukungan Riyadh dalam perang melawan Libanon tahun 1982.

Presiden Suriah itu memperingatkan para pemimpin politik Arab tentang bahaya ekstremisme dan Wahhabi. Menurutnya, kehadiran ekstrimis di wilayah merupakan sebuah plot untuk menjaga agar dunia Arab tetap terbelakang.

"Saya ingin mengingatkan Anda bahwa Barat tak pernah ingin melihat kita berkembang. Saya ingat ketika saya bertemu mantan Menlu AS, Colin Powell pada tahun 2003. Dia menceritakan kondisi AS tentang pengelolaan hubungan dengan Irak dan dia meminta kami agar tak mengizinkan seorang ilmuwan Irak pun menginjakkan kakinya di Suriah. Kami menolak tawaran ini. Amerika Serikat dan organisasi mata-mata Israel telah membunuh banyak ilmuwan ini dan sekarang mereka ingin mengosongkan otak Iran," jelas Assad. 

(Densus 99 on Syria News Indonesia)


Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment